Gunung Manglayang, Si pendek tapi menantang

Hari itu, awal bulan Februari. Dengan persiapan dan perbekalan yang serba dadakan, akhirnya terjajaki juga gunung yang setiap pagi selama empat tahun hanya dilihat dari kejauhan, Gunung Manglayang, Bandung.

Pendaki lain biasanya start dari Cileunyi pake ojeg ke Tempat Wisata Batu Kuda, simaksi dan mulai pendakian. Pendaki lain yang punya motor bisa numpang parkir di basecamp yang sekaligus tempat wisata itu. Kita, yang tak punya money dan motor, jalan nikreuh dari Cibiru ke Batu Kuda, yang jaraknya aja 6.7 km dan memakan waktu lebih dari 4 jam. Lelah sebelum berperang asli na.

Buat simaksi sendiri cuma bayar 10.000 tanpa surat kesehatan atau embel-embel persyaratan lainnya. Abis itu diarahin buat ngisi data diri dan bawa berapa orang di buku. Papan petunjuk arah menuju puncak Manglayang juga sudah terpasang jelas di area masuk batu Kuda. Tinggal belok kiri dan mengikuti jalur.

Perjalanan pun dimulai dengan energi yang sudah setengah terkuras.

Gn. Manglayang yang meski hanya 1818 Mdpl ternyata memiliki trek yang jauh lebih menantang dibanding Papandayan, Gn. Gede dan Ciremai via Apuy. Meski pendek tapi tak lantas menganggapnya remeh. Manglayang itu kecil-kecil cabe rawit. Nanjak menantang penuh pesona.

Pertama, treknya yang didominasi pasir dan bebatuan besar membuatnya makin sulit didaki. Pasalnya, batunya bukan jenis batu kecil mirip batu kali yang mantep waktu diinjek, tapi batu luar biasa gede yang harus didaki juga. Mirip panjat tebing lah. Tanahnya juga kalau tidak hati-hati bisa tisoledat, tiseureuleuk alias labuh tikusruk. Ditambah lagi ga ada pegangan kanan kiri. Kalau gunung lain biasanya ada akar buat pegangan, di Manglayang ga ada. Jadi asli bener-bener butuh kerjasama tim buat sampe puncak.

Tingkat kemiringannya juga lumayan, mungkin sekitar 60-70 derajat. Udah mah sepanjang perjalanan itu menanjak tanpa ada bonus area datar buat sekedar rehat. Emang bener ga bisa diremehin walaupun pendek.

Tapi jangan salah, walaupun dari segala macam trek yang sulit itu, positifnya lu bakal ngerasain kalau gunung itu gunung milik sendiri. Ga ada pendaki lain yang mendaki tu gunung. Karena pamor Gn. Manglayang masih belum setenar gunung tetangga jadi masih jarang pendaki yang camp, kebanyakan pada tik-tok alias naik turun gunung dalam sekali jalan. Karena masih belum terlalu banyak manusia-manusia pendaki, tentunya Manglayang masih asri banget. Antara asri dan horor sebenarnya.

Horor. Karena jalan yang meliuk menanjak itu dikelilingi dengan kanan kiri yang pohon bambu, jurang dan batu-batu gede mirip goa. Bahkan dibeberapa titik bakal nemuin segerombolan monyet yang dengan pedenya loncat dari satu pohon ke pohon lainnya.

Dari segi view sendiri, Manglayang kurang memiliki keindahan yang mumpuni. Kalau lu muncak buat hunting foto sunset/sunrise di gunung doang, kayanya Manglayang bukan tempat yang pas. Puncaknya sendiri malah tidak mengundang decak kagum. Hanya sebatas lapangan untuk membangun tenda dan ditandai dengan plang “Puncak Manglayang”. Tanpa bisa melihat view apapun karena terhalang pohon-pohon.

Meski demikian, kalau mau view bagus, bisa turun balik lagi ke bawah dari puncak Manglayang. Disana bisa nikmatin gemerlap lampu malam kota bandung yang terlihat dengan jelas dan indah apalagi ditambah coklat panas. Terbayar sudah pendakian yang melelahkan dengan keindahan yang sebanding.

Manglayang walaupun pendek, jangan lupa bawa perlengkapan standar buat muncak. Soalnya dinginnya pake banget, suara angin diatas Manglayang udah kaya suara ombak di lautan. Berderu bikin takut sebenernya. Jaket tebel mesti banget dibawa. Usahakan bawa makanan yang siap santap macam roti, kue-kue. Soalnya kalau udah sore atau malam, kompor ga bisa nyala saking dinginnya.

Overall, Manglayang yang pendek dengan trek yang sulit cocok untuk kamu yang pengen olahraga, nanjak mudun gunung, atau tik tok. Tanpa tas dengan beban yang berat, bisa mendaki sekitar 3-4 jam bergantung kecepatan nanjak. Thing to notice, karena setiap gunung punya cerita mistisnya tersendiri, jangan lupa untuk selalu jaga sikap dan omongan selama perjalanan.

Tinggalkan komentar